BIOGRAFI PENDIRI PONPES AL-MA'RUF


Pendiri Pondok Pesantren Al-Ma'ruf adalah Beliau K.Masyhuri
       K.Masyhuri merupakan putra KH.Ma'ruf lahir dari istri pertama (Nyai Samanah). Beliau lahir 1908 M. tumbuh dikalangan para ulama'. Awalnya beliau belajar pada orang tuanya sendiri kemudian melanjutkan rihlah ilmiyahnya di pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur yang diasuh oleh KH.Hasyim Asy'ari dalam kurun waktu yang lama. K.Masyhuri tirakat dengan mencampur nasi yang dimasak dengan butiran kerikil, bukan karena tidak punya biaya karena ayahnya seorang haji tapi demi mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Setelah dari Tebuireng Jombang Jawa Timur K.Masyhuri melanjutkan ke Krapyak Yogyakarta yang pesantren diasuh oleh K.Munawwir untuk menghafalkan dan memperdalam 'ulumul qur'an tapi ternyata disana beliau malah diminta untuk mengadakan pengajian kitab Syarh Ibn 'Aqil. Di Krapyak K.Masyhuri bertemu dengan K.Arwani Amin dari Kudus. Keduanya pun saling bertukar ilmu. K.Masyhuri belajar ilmu Al Qur'an pada K.Arwani begitu pun sebaliknya K.Arwani belajar kitab pada K.Masyhuri.

       Usai menimba ilmu di pesantren beliau mempersunting Nyai Munawarah binti K.Asmu'in pada tahun 1937. Walhasil ayah beliau yaitu KH.Ma'ruf menikahi Nyai Juminah sebagai istri ke dua (ibu dari Nyai Juminah) atau dalam istilahnya "ayah mendapatkan ibu dan anak mendapatkan anak. Pernikahan ini membuahkan seorang putri bernama Nyai Hj.Mufidah.

        K.Masyhuri masih mempunyai tiga teman di Tebuireng yang berasal dari kabupaten yang sama. Mereka adalah KH.Abdul Karim dari Selo Tawangharjo, K.Sidi dari Kalirejo Wirosari dan K.Rusdi dari Ngrebo Timur Purwodadi. Dengan semangat dan keberanian untuk mengembangkan ilmu, K.Masyhuri mengajak mereka ber tiga untuk berjuang dan mendirikan madrasah di Bandungsari. Bahkan beliau menawari saat tiba waktunya menikah, K.Masyhuri akan menikahkan mereka dengan kerabat-kerabat dekatnya. Akhirnya K.Masyhuri berhasil memboyong mereka pulang dan berdirilah Madrasah bernama Riyadlotus Syubban untuk tingkat dasar dan Muallimin untuk tingkat lanjutannya dengan dukungan para kyai yang lain K.Masyhuri adalah orang yang pertama kali hafal Al Quran di kabupaten Grobogan Kealiman beliau mendapat apresiasi dari pemerintah sehingga beliau diundang untuk di wisuda di Alun-Alun Purwodadi.

       Pada saat pemberontakan PKI Madiun tahun 1948 M pesantren sempat vakum(kosong) dan madrasah terhenti kegiatan pembelajarannya sampai hanya tersisa lima santri. Setelah situasi kondusif kegiatan pesantren dan madrasah mulai berangsur-angsur pulih.

       K.Masyhuri mampu menarik minat generasi muda untuk menekuni ilmu agama melalui metode klasikal dan tradisi musyawarah Mereka merasa cocok dan ingin masuk pesantrean agar bisa mengikuti semua kegiatan yang di selenggarakan. Hal itu mengakibatkan para santri tidak tertampung lagi sehingga di bangun lah gedung madrasah yang baru di belakang masjid baitussalam yang berlangsung sekitar lima tahun sampai selesai pada tahun 1955 M Pada tahun itu K.Masyhuri menikahkan putrinya nyai Mufidah dengan K muslih pada tahun berikutnya K.Masyhuri mendirikan pesantren putri Al Ma'ruf yang ter letak di belakang dalem beliau. Pada tahun 1958 M. K Masyhuri meresmikan nama Pondok Al ma'ruf untuk mengenang jasa KH.Ma'ruf yang mempersatukan pesanten-pesantren di Bandungsari setelah melewati permusyawarahan yang panjang. Sekaligus memperingati setengah abad pondok pesantren yang di isi KH. Abdul Malik Demak dengan dihadiri banyaks Kiyai dan pejabat termasuk KH.Asnawi Kudus, KH.Arwani Amin Kudus, KH.Abdul Hadi Langitan Tuban dan Bupati Grobogan.

       K.Masyhuri pernah hendak dijadikan menantu oleh K.Hasyim Asy'ari. Kealiman nahwu dan shorof beliau diakui Mbah Hasyim. KH.Chudlori Tegal Rejo Magelang adalah salah satu murid K.Masyhuri di Tebuireng Jombang. Beliau pernah sowan pada K.Masyhuri di Bandungsari datang dengan mobil sedan. Ketika ada mu'tamar ke-23 di Magelang KH.Chudlori menyambut K.Masyhuri yang saat itu menjadi tamu undangan.

       K.Masyhuri semua lapisan masyarakat termasuk dilingkungan kiyai, tutur kata nya halus dan sanggup menjadi poros para santri (penggabung Madrasah dan pondok pesantren). Beliau seorang alim alamah, ahli Al-quran (qiro'atan wa ma'nan), pengajar yang giat. Tafsir, fiqh dan tauhid menjadi wiridanya. Tafsir jalalain selalu beliau khatamkan tiap tahun dan fathul qorib tidak pernah lepas dikaji sampai beliau meninggal. Cara beliau membaca kitab sangat teliti dan enak. Belum sampai isi kitab dijelaskan banyak santri Yang sudah faham.

       K.Masyhuri sering mengajar di dalam masjid. Beliau mulai mengajarkan kitab pada bulan Syawal dan mengkhatamkannya di bulan ramadlan K.Masyhuri menggunakan sebagian besar waktunya untuk kegiatan belajar mengajar terutama setiap kali selesai sholat maktubah, hanya sedikit saja yang digunakan untuk istirahat. Diantara kesibukan beliau yaitu: pengajian Al Qur'an setelah subuh, dan kitab ihya' ulumuddin jam 09.00 pagi kitab fathul qorib setelah ashar setiap ramadlan, setelah tarwaih beliau selalu mengaji al barjanji. Sepanjang hidup K.Masyhuri dicurahkan untuk ilmu.

       Pada zaman K.Masyhuri pesantren Bandungsari tersohor dengan shorofnya. Saat pesantren-pesantren lain belum di ajarkan kitab kailani dan marrohil arwah, di pesantren Bandungsari sudah dikaji. Beliau yang merintis kegiatan wajib tashrif atau qiyas setelah maghrib bagi semua santri di pesantren Al-Ma'ruf.

       Ke istiqomahan K.Masyhuri sangat kuat. Kewajiban berjamaah lima waktu beserta wiridannya sangat ditekankan. Beliau tidak pernah mengeluh kepada seorang pun saat sakit. K.Masyhuri adalah orang yang disiplin dan sangat memperhatikan santrinya. Beberapa kali K.Masyhuri keliling pondok di waktu malam, para santri punsecepatnya masuk kamar. Beliau rajin membangunkan para santri untuk sholat subuh. Meskipun hanya dengan berjalan, para santri langsung bangun. Jika ada santri yang telat berjamaah, di ta'zir mengambil pasir atau menimba air. Suatu ketika ada santri meminta izin jalan-jalan saat liburan, beliau melarangnya dengan dawuh : lahpo dolan-dolan..?

       Diantara nasehat K.Masyhuri:
"حَصِّلْ صَبْرًا وَرَعًا أَدَبًا # دَاوِم سَهَرًا تَجِدِ الأَمَلَ"
-Lakukan kesabaran, wira'i, akhlaq terpuji, manfaatkan waktu malam, niscaya kamu akan meraih cita-cita.
-" Sopo seng ngaku dadi santri ku ora keno gundulan neng khalayak umum"
-"Adabul alim wal muta'alim gak keno ditinggalno sebab kitab iku karangane guruku (KH.Hasim Asy'ari).

       K.Masyhuri mempunyai hubungan baik dan dekat dengan para ulama'. Adapun para alim yang sering mengunjungi beliau adalah K.Madchan Jagalan, K.Dimyati dari pulau Sirahan, K.Rohmat Kradenan, K.Arwani Amin Kudus, K.Baidlowi Lasem, K.Zubair dari Ngreksosari Salatiga, KH.Abdul Hadi Langitan Tuban, KH.Asnawi Kudus dan KH.Hambali Kajen.

       Karomah beliau sangat banyak.Diantaranya sekitar tahun 1951 banyak ulama' yang di tawan oleh golongan PKI.Semua ulama' tadi dimasukkan dalam gerbong kereta api dan rencananya akan di bakar tapi dengan kedatangan beliau tiba tiba semua ulama' yang di tahan tadi tidak jadi dibakar dan akhirnya dibebaskan.

       Suatu ketika saat di Tebuireng K.Masyhuri mendapatkan tugas mengaji dari KH.Hasyim Asy'ari untuk mengaji di pesantren Manbaul Ma'arif Denayar Jombang yang di asuh KH.Bisri Syamsuri. Saat di jemput santri Denayar dengan menggunakan motor besar sejenis Halrey Davitson, beliau tidak mau tapi setelah penjemputnya sampai pondok,ternyata K.Masyhuri sudah ada disana.

       Ketika K.Masyhuri sekeluaarga berpergian naik delman yang rencananya akan naik kereta api rombongan beliau baru sampai Desa Pendem dan kereta apinya sudah kelihatan di Desa Kedung Kendil Dalam keadaan normalnya pasti beliau sudah ketinggalan kereta api, tiba-tiba rokok yang beliau hisab dimatikan kemudian laju kereta api melambat.setelah rombongan beliau sampai di stasiun Transit (sekarang lokasinya tepat berada di depan pasar Trowolu )dan semuanya naik kereta api beliau duduk sambil menyalakan rokok yang di matikan tadi, barulah kereta apinya bisa berjalan kembali.

       Suatu ketika ada seorang santri di titipi uang sepuluh ribu rupiyah oleh ayahnya untuk di berikan kepada K.Masyhuri.dia menaruhnya di dalam songkok ketika sampai di pesantren entah karena lupa,dia tak kunjung memberikannya saat K.Masyhuri bertemu dengannya, beliau berkata:"cung, aku utangi duit sepuluh ewu" dia baru ingat titipan itu dan segera memberikannya kepada K.Masyhuri.beliau juga pernah di tumpahi air kopi (di sori kopi;jawa) KH.Kholil Bangkalan.

       Meskipun sudah sepuh ketika mengaji K.Masyhuri tidak memakai kacamata sebagai alat bantu untuk membaca tulisan Hal ini banyak di tiru oleh para Kyai Bandungsari termasuk KH.Muhajirin,K.Musyafa'. K.Masyhuri menjelaskan supaya penglihatan tajam harus mudawamah wudlu(selalu suci) dan membaca (nderes) al qur'an setelah sembayang.

       Duka menaungi pesantren Al Ma'ruf karena pada Hari Senin Pon, 23 Syawal 1382 H./29 Maret 1963 M. K.Masyhuri di panggil untuk menghadap sang pencipta. Saat itu muncul hujan debu karena letusan Gunung Agung di Karangasem Bali.Sebelum wafat K.Masyhuri berwasiat bahwa urusan kedepan pesantren di serahkan kepada K.Muh. Muslih sedangkan Madrasah di serah kan kepada KH.Abdul Karim dibantu K.Kastolani, K. Sholeh, K.Syamsudin, K.Basyariddin, K.Nawawi, K.Munawwir dan para Kyai yang lain.

Demikianlah sedikit kisah K. Masyhuri.
Semoga, bermanfaat berkah Amiin...