K.Muh muslich bin Hasan Sadipuro lahir di Selojari Klambu Grobogan. Beliau sudah dari kecil menimba ilmu di pesantren Al Ma'ruf Bandungsari, dan juga pernah ikut sekali pengajian Romadlon di bareng Kudus dan pernah belajar kepada K.H. Abdul karim. K.Muh muslich adalah salah satu santri yang menonjol sehingga pernah di angkat menjadi ketua pondok.
Pada tahun 1955 beliau di jadikan menantu oleh K.Mashuri, di jodohkan dengan putri satu-satunya yaitu nyai Mufidah yang saat itu masih bersekolah di SR (Sekulah Rakyat) kelas 5 agar K.Muh muslich bisa membantu pendidikan dan pengajaran pesantren beserta msyarakat sekitar. Dari pernikahan ini lahirlah KH.M.Nurul Huda, KH.Syamsudl Dluha dan nyai Hj Badrotun Muniroh (istri KH Abdul Wahid Zuhdi).
Setelah pesantren putri berdiri aktifitas K.Muh muslich menjadi semakin banyak termasuk menjadi imam sholat maktubah di sana. Sekitar tahun 1963 M sampai sekitar tahun 1970 M pesantren berkembang dengan pesat atau berada dalam keemasan Jumlah santri putra mencapai angka 1500 orang Banyak alumni bercerita dari 50 kamar setiap kamar dihuni antara 25-35 santri Pondok pesantren Al Ma'ruf menjadi terkenal diantaranya karena nama K.Muh muslich yang sering mengisi pengajian diberbagai tempat Pada dekade itu pesantren Al Ma'ruf mendapatkan piagam penghargaan sebagai pesantren Ash-shorfiyyah Wannahwiyyah dari menteri agama Bpk.Saifuddin Zuhri Beliau datang sendiri ke Bandungsari untuk menyerahkannya Pada masa itu juga K.Muh muslich ikut berkecimpung di organisasi NU dan menjadi Ketua Tanfidziyyah PCNU Grobogan.
K.Muh muslich dikenal sebagai sosok da'i yang terampil berpidato. Pidatonya halus,pengolahannya bagus dan mudah di tangkap.setiap orang dari berbagai lapisan Masyarakat menyukainya sampai ada yang menjuluki Corong Masyarakat. Hampir tiap malam beliau mendapat undangan pengajian di berbagai daerah. Beliau juga seorang teknolog yang kreatif, Insfiratif dan pandai menarik perhatian. Terbukti pada era 60-an beliau menciptakan bioskop kecil (seperti layar tancep) dengan lampu petromak gambar berganti dari bawah keatas atau sebaliknya (bukan gambar gerak) yang berisi berbagai gambar kehidupan manusia mulai dari lahir, belajar, berkeluarga, mati bahkan cuplikan keadaan surge dan neraka sambil beliau jelaskan arti dari gambar yang di tampilkan. Hal ini membuat Animo masyarakat begitu besar hingga penjuru desa untuk mendatangi majlis mingguan K.Muh Muslich setiap sabtu karya beliau yang lain yaitu Menara Jam yang berada di samping masjid Baitussalam Bandungsari yang pembuatannya mendapat dukungan dan pengawasan K.H Abdul Karim. Pada waktu itu sering terjadi gejolak antara para Kiyai dengan Pemerintah sehingga kebanyakan Kiyai tidak di sukai pemerintah. Namun berbeda dengan K.Muh Muslich dengan pribadinya yang bersahaja dan cara berdakwahnya yang santun pihak pemerintahpun ikut menyukainya.
Keahlian K.Muh muslich berpidato beliau tularkan pada santri-santrinya. Ada beberapa santri yang beliau latih secara langsung tentang tehnik-tehnik yang baik digunakan saat pidato di depan umum.
Selain bidang pidato, K.Muh muslich juga pandai menulis. Salah satu buah karyanya yaitu terjemah bahasa jawa surat Wadldluha sampai Annas yang sering di baca saat khataman al Quran setelah dikhitan. Anak-anak sangat bangga ketika mampu membacanya.
K.Muh muslich adalah guru yang multi-talenta(serba bisa). Beliau mengajar dalam berbagai bidang antara lain tafsir seperti tafsir Jalalain, nahwu seperti Syarah Alfiyah ibn Aqil, fiqih seperti Fathul Mu'in di madrasah, bahkan pernah mengajarkan bahasa Inggris yang di peroleh dari kursus via surat dari bandung jawa barat. K.Muh muslich juga bisa menjahit dan bertukang beliau di kenal sebagai Kiyai yang Tahqiq (teliti) dalam membaca kitab. Pendidikan yang diajarkan beliau mengikuti K.Masyhuri dengan sangat menekankan jama'ah lima waktu beserta wiridannya, harus mencapai tarjet hafalan larangan keluar malam.
Tashrif/qiyas masih sangat di tekankan pada waktu itu.meskipun masih ada banyak guru yang dewasa tapi K.Muh muslich mau turun langsung memimpin qiyas setiap selasa.
Wibawa K. Muh muslich sangat besar, Bahkan ketika ada santri Muhafadhoh/sorogan yang asalnya sudah lancar di luar kepala, Sekali K.Muh muslich tegur bisa langsung blank. Misalnya K.Muh muslich sedang berada di komplek D (sebelah selatan masjid) tidak ada santri yang yang berani lewat di hadapan beliau. Para santri lebih memilih untuk memutar berjalan lewat utara masjid.
K.Muh muslich seorang yang menyayangi binatang bahkan beliau pernah menyusukan anak kucing yang sedang membutuhkan air susu induknya. Sebagai salah satu keistimewaan beliau, Ketika K.Muh muslich wafat ada sekawanan kambing yang ikut mengantar beliau sampai ke maqbaroh. Kejadian ini disaksikan banyak orang secara langsung.
Persatuan K. Muh muslich dan KH. Abdul Karim sangat kuat. Merekaberdua saling menghormati dan tidak suka lebih di unggul kan dari pada yang lain. Bahkan untuk menjaga kesopanan, ketika bertemu dan berdialog mereka berdua menggunakan bahasa Indonesia.
K. Muh muslich bnyak memberikan nasehat kepada santrinya diantaranya yaitu :
"Kyai iku ono
telu, dadio kyai BAWUR (berbaur dengan masyarakat), akehe kyai iku NANDUR (nduwe
santri), ojo sampek dadi seng nomer telu, yoiku dadi kyai NGAWUR".
"jaga persatuan Sak enak-enake ora bersatu iku luweh enak yen
bersatu".
"Ngalah iku ora kalah ".
"neng kene tekun,manot prentah ngedohi cegah (guru
lan pengurus) Ngajine mempeng, Insyaallah ilmune manfaat.
"Religion without science
is limp,Science without religion is blind. (Agama tanpa pengetahuan bagaikan orang
pincang, sedangkan pengetahuan tanpa agama bagaikan orang buta)".
Santri iku madang
longan, turu longan, artinya porsi makan dan tidur harus di kurangi (kalong-jawa)
Firasat dekatnya wafat K.Muh muslich sudah dirasakan saat khotbah jum'ah yang terakhir kali beliau isi di bulan sya'ban di sela-sela khotbah Beliau berkata:"Aku titipkan ketiga anakku pada masyarakat, ajarkanlah mereka tatakrama yang baik".
Memasuki bulan Romadlon K.Muh muslich jatuh sakit. Sebagaimana K Masyhuri, K.Muh muslich tidak pernah mengeluh walaupun sakit keras. Beliau tidak mau merepotkan orang lain bahkan terhadap keluarganya sendiri. Beliau hanya minta do'a agar di berikan kesabaran.
Kesedihan menaungi tanah Bandungsari karna pada Ahad wage, 10 Romadlon 1401 H/ 12 Juli 1981 M K.Muh muslich di panggil yang maha kuasa. Setelah K.Muh muslich wafat kepemimpinan pesantren di pegang K Basyariddin dibantu K.Muhajirin karena putra K.Muh muslich masih dalam masa belajar di pesantren.
Sekian Semoga bermanfaat.
Jumat 22 Desember 2023 kemarin, Lora Ismael Al-Kholilie (cicit dari Syaikhina Kholil Bangkalan) bersama Agus M. Rizqi....
21 Desember 2023 , 197x Views
Selasa 24 Oktober 2023 Santri Al-Ma'ruf Ikut Melaksanakan Sholat Istisqo' yang digelar oleh Pemerintah Desa Bandungsari...
15 Desember 2023 , 136x Views
Tepatnya di halaman pp putra al ma'ruf Bandungsari ,acara di gelar. Berbagai macam rangkaian acara telah tersusun rapi, di mulai dari sore hari dan puncaknya adalah malam hari ......
14 Desember 2023 , 104x Views