BIOGRAFI AGUS AHMAD GHIYAST NURUL HUDA



     Dilahirkan 2 Mucharrom / 1 Juni 1995 M. orang tua: Ayah: H.М. Nurulhuda Mushlich bin K.M Mushlich (pengasuh PP Al-Ma`ruf Bandungsari thn. 1963 - 1981). Ibu: Hj Chaidaroh Huda binti KH Nahrowi Zuhdi (pendiri dan pengasuh PP Miftahul Huda Lodan Sarang Rembang).

     Pada masa kecil tumbuh bagai si kecil yang lain, tidak banyak merepotkan orangtua. Biasa ditinggal sholat jama'ah oleh kedua orangtuanya, tanpa rewel. Yang termasuk beda dari yang lain saat mau digendong orang yang blojet (pria tak berpakaian atas) dia tidak mau (tidak jaga muru'ah).

     Dari kecil oleh orang tuanya setiap weton (hari pasaran kelahiran)nya "juga untuk kakaknya Nur Amiroh" selalu dibacakan 41 X sholawat Munjiat dan puasa Senin Kamis.

     Sekitar umur 3 tahun cepat tanggap saat diajari Alif ba' ta' maupun ABC. Umr 4 sudah lancar baca arab maupun latin. Umur 6 tahun sudah khotam Al-Qur'an bin nadhor disemak oleh orang tuanya sendiri. Usia 6-7 tahun mulai ngaji kitab Jurumiyah Safinah dll,. Tidak mau SD seperti umumnya anak yang lain, diantara alasannya umumnya anak bercelana diatas lutut (buka aurat), cuma ikut "Dikdas paket A" itu saja saat disuruh ngurus ijasahnya ogahzan. "Yas ijasahmu diurus biar besok bisa untuk nyalon apa ." (kata ibunya). Dijawab: "kulo boten bade nyalon nopo-opo, kulo nyalon ahli suwargo mawon " (saya nggak akan nyalon apa-apa, cuma mau nyalon ahli surga saja). Memang diantara kebiasaannya bila ada sebangsa batu yang mengganggu di jalan, dengan kakinya dia singkirkan dari jalan.

     Saat kecil s.d remaja banyak saudara misannya dan anak yang lain (di desa neneknya) senang main dengannya, sampai sering kali bocah2 itu minta izin pada orang tuanya untuk izin tidak sekolah. Saat ada yang menangis tak pernah satupun yang mengatakan: itu dinakali diusili gus Yas.

     Saat pertama kali mondok di Al-anwar Sarang Rembang (dibawah asuhan simbah KH Maimoen Zubair) orang tuanya menghendaki ada santri yang mendampingi untuk mencucikan pakaian dll., Dijawab olehnya: "boten usah ngunuzan, biasaz mawon." (Gak usah kaya gitu, biasaz aja). Juga irit hemat, dikasih bekal / uang banyak kadang malah sebagian dikembalikan, anehnya dia sering ngutangi/ meminjami uang pada teman. Dan hobinya (diluar hobi lain; sepak bola) beli kitab penerbit yang bagus2, termasuk pilih yang bagus pada pakaian.

     Mondok pertama kali umur 11 thn (sampai tamat sekelas tercatat yang termuda) sudah hafal keseluruhan nadhom kitab Alfiah. Hingga banyak temannya saat pelajaran Alfiah bilang: "hafalan cuma sebentar kok sudah dapat banyak." Ya itu tadi karena dia cuma murojaah.

     Baru beberapa tahun mondok pada siang hari banyak untuk tidur, karena malamnya betah begadang menyendiri belajar atau di perpustakaan. Sampai pada akhir suatu tahun d raportnya tertulis: naik kelas. dengan syarat tidak tidur di kelas, padahal dapat rangking kelas.

     Memang tiap tahun dia langganan rangking kelas. Di rumahpun siang sering dibuat tidur. Kalau malam ketika sedang belajar / mutholaah kok ada yang masuk kamar ngonangi (mengetahui) maka dialihkan dengan yang lain seolah tidak sedang belajar (mutholaah).

     Dari seringnya tidur siang hari ada keuntungn baginya yang sering puasa Senin Kamis seakan puasanya cuma setengah hari, karena sering bangun menjelang dhuhur. Saat dicela: wong kok turu wae (kok tidur melulu), walau termasuk pendiam tapi jawab juga: dari pada gak tidur untuk dosa.

     Dapat ijasah "Dikdas paket A" dibuat untuk melanjutkan daftar sekolah Mts kurikulum pemerintah dengan tetap tinggal / ngaji di pondok. Dan saat ikut try out / ujian Mts pun ogahzan, tapi untungnya "berapapun nilainya" lulus juga. Jadi tertawaan teman2 juga karena biasa sarungan saat try out/ujian pakai celana panjang.

     Di PP Al-anwar Sarang Rembang dia sering mendapat tugas ilmiyah seperti bahsul masail dan cerdas cermat di Jatim / lainnya. Tapi hal itu tak pernah dia beritahukan sama keluarga. Keluarga tau biasanya dari saudara misan atau temannya. Maka lumrah bila saat kelas 4 muhadloroh (setingkat 1 Al) temannya -kadang lebih tua- minta sorogan -ngaji- padanya. Di antara kelebihannya saat dari kelas terakhir di Muhadlorh al-Anwar Sarang ada kewajiban menghafalkan surat Albaqoroh, pada waktu liburan Sya'ban (sebelum klas 6) di rumah hafalan surat Albaqoroh diselesaikan hanya dalam waktu 3-4 hr.

     Untuk persiapan tholabul ilmi ke luar negeri dianjurkan (orang tuanya) membekali diri kursus bahasa inggris di Pare Kediri disaat libur panjang tengah tahun. Belum seminggu di Pare dia sakit tipes.

     Mendapat pertolongan dari Bapak Subakir (alumni PP Al-Ma'ruf Bdgsari) kepala / Rektor STAIN Kediri, olehnya dibawa ke rumah sakit. Mungkin saking tergesanya oleh pihak rumah sakit ditolak, karena ternyata itu rumah sakit bersalin. Dan banyak orang berkata: "tidak biasanya kumpul wanita, kursus di situ, ya sakit". Ada juga diantara masyayikh Sarang yang dawuh: "tidak jadinya kursus itu suatu taufiq Alloh."

     Di kelas terakhir di Muhadloroh itu dia banyak tugas, diantaranya mandegani (mempelopori) membuat karya tulis ilmiyah tentang Shorof (menSyarahi Al-amtsilah attashrifiayah / shorof Jombang, sudah jadi 230 halaman), juga try out / ujian MA kurikulum pemerintah dan lulus juga.

     Sya'ban lulus Muhadloroh (6 tahun), bulan Dzul Qo`dah atas nama utusan Jawa tengah (dari Al anwar Sarang) mengikuti lomba MQK (musabaqoh qiro`atil kutub) Nasional di Jambi dan berhasil menyabet juara 1 fan Ushul Fiqh kelas Ulya. Memang benar kata teman-temannya: setiap kumpul jagong tak banyak bicara, tapi kalau bahasan ilmu semangatnya luar biasa.

     Pulang dari Jambi sekitar seminggu terus berangkat haji dan ziaroh Nabi bersama kedua orang tuanya dan kakaknya. Yang menonjol darinya saat haji: -saat itu (2014 haji Akbar) sebagai yang termuda (19 tahun) se kab. Grobogan, diwawancarai reporter TV/ wartawan dijawabnya dengan sangat lancar. -Di pesawat terbang mempraktekkan wudlu dengan air kurang dari satu gelas ternyata cukup, tidak mengotori pesawat. -Di toko kitab sangat semangat memilih kitab yang dicari dikehendaki. -Juga semangat ibadahnya, terbukti saat bareng2 mencari tempat di masjidil harom dia selalu dapat tempat terdepan dan diisi dengan banyak ngaji Alquran. Yang paling mengesankan pada waktu ziaroh Nabi, saat orang lain tengak tengok makam Beliau Nabi, malah ada yang ambil gambar video juga selfi, dia tertunduk dengan tangisan air mata membasahi pipi. Padahal begitu muda, begitu khusyu`nya tak berani berbuat macam-macam, bagai seorang yang sedang ditemui Beliau Nabi Muchammad SAW.

     Walau lulus MA kurikulum pemerintah namun yang di pakai untuk ke Al azhar Mesir adalah ijasah dari Muhadloroh yang sudah mu`adalah. Dari hasil tes ke Al azhar Mesir saat itu seangkatan cuma sedikit yang mendapat hasil terbaik, diantaranya dia. Dipilihnya Al azhar Mesir itu atas dawuh mBah Yai Maimun saat dia sowan. Di Kairo Mesir selain di Al azhar juga banyak waktu digunakan untuk talaqqi (ngaji) pada beberapa Syaikh. Menurut paklek misannya akhir akhir setiap ada keterangan mengenai surga dia menangis sesenggukan seakan ingin segera memasukinya.

     Seratus hari di Mesir, saat keluar dari kampus dia menyebrang jalan hendak menuju toko kitab / talaqqi kepada salah seorang Syaikh terjadilah kecelakaan. dia tertabrak mobil hingga menghantarkannya ke Rohmatulloh. Kesaksian polisi yang mengantar dari TKP menuju Mustasyfa (RS) menyatakan bahwa saat itu sampai meninggal dia tak henti-hentinya melafadhkan "La-ilaha illaLloh", sampai polisi itu berkata hingga jadi pembicaraan: telah wafat rojul sholich. Itulah diantara barokahnya ilmu dan tidak sukanya ghibah (rasan2) semasa hidupnya. Malam Jumu'ah (WIB) 21 Shofar wafat (pada usia 20 tahun), pada hari Selasa dengan banyaknya tetesan air mata, Janazah disholatkan lagi (oleh begitu banyak pelayat, bagai kiai besar) dan dikebumikan di Bandungsari Grobogan Jawatengah.

غَفَرَ اللهُ لَهُ وَرَحِمَهُ رَحْمَةَ الْأبْرَارِ وَأعَادَ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِهِ. آمِينَ

     


Sekian Semoga bermanfaat.